Pentas Pratibha: Produktifitas dalam Pandemi

Para penyelenggara dan pengisi acara Pentas Pratibha FIB UHO, Rabu (17/07).
(Foto: Karl Wan)

Representasi, Kendari – Di tengah maraknya pro kontra tentang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegaitan Masyarakat) yang menghiasi jendela media sosial dan stasius tv, Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2020, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo, mencoba untuk tetap produktif dengan melakukan pementasan seni dengan tajuk Pentas Pratibha pada Sabtu (17/07) di Gedung Teater Fakultas Ilmu Budaya UHO. Pementasan berlangsung dengan mematuhi protokol kesehatan dan aturan PPKM dari pemerintah melalui penayangan pentas secara live virtual.

Pentas Pratibha dibuka dengan tampilan lagu daerah Tolaki, Wulele Sanggula dan lagu Tanah Wolio dari Buton. Disusul tarian Mondotambe yang merupakan tari penyambutan tamu yang berasal dari suku Tolaki. Selanjutnya dramatisasi puisi Bumi dan Tuhan karya Waode Nur Iman. Dilanjutkan dengan teatrikal Konspirasi Mantra, dramatisasi puisi Surat Juliet dari Syaifudin Gani, serta tampilan dramatisasi puisi Maaaa. Berikutnya disambung dramatisasi puisi Perjamuan dari Irianto Ibrahim, menyusul musikalisasi puisi Kota Lama yang Ditinggalkan karya Syaifudin Gani. Diakhiri dengan tampilan lagu daerah Muna, yaitu lagu Tongkuno dan Napabhale.

Pementasan Pratibha merupakan bagian dari ujian akhir mata kuliah Apresiasi Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo. Semangat yang diusung Jojon selaku Ketua Panitia, bahwa dia dan teman seangkatannya mencoba untuk memberikan tampilan yang terbaik sebagai mahasiswa Sastra Indonesia, tidak sekedar menggugurkan nilai mata kuliah saja. Mengenai mengapa pementasan itu bernama Pratibha, Jojon katakan, “nama itu diambil dari bahasa sansekerta yang bermakna kepintaran dan imajinasi.”

Jika kawan-kawan melihat atau menonton pertunjukan semalam, kita patut memberi apresiasi kepada mereka. Pertama, dalam masa pandemi yang memprihatinkan ini, mereka masih tetap memperlihatkan bahwa mahasiswa tidak boleh atau menjadi pasif. Jojon dan kawan seangakatannya di Sastra Indonesia UHO, melawan kepasifan itu dengan mengadakan pementasan seni.

Lewat pementasan semalam, Jojon dan kawan-kawan berhasil membumikan arti Pratibha sebagai tajuk tema melalui tindakan. Ramuan pertunjukan dan tetes-tetes imajinasi yang ditampung selama satu bulan masa persiapan, semalam semuanya tertumpah ruah di atas panggung bersama rintik hujan yang turut turun ke bumi untuk menyaksikan jalan pentas.

Apapun yang menimpah bangsa ini, kesenian harus tetap dinyalakan. Itu pesan yang saya tangkap dari sajian pementasan yang Jojon dan kawan-kawan gelar semalam. Harapan mereka musti kita amini. Agar di kampus, sastra dan kesenian tetap hidup dan menyuarakan ketimpangan dengan caranya sendiri.

Penulis :

 

 

Loading