Nissa dan Ayus, Dua Aku yang Tidak Harus Menyatu

Kini telah menjadi pergunjingan di media publik. Perihal Nissa dan Ayus. Padahal sebelumnya saya mengagum-agumkan suaranya. Saya juga telah membagikan vidio rekamannya di halaman status facebook ku. Tapi tiba-tiba berita tidak mengenakan muncul. Aduh kenapa bisa. Apa yang terjadi.
Pertama saya tidak percaya. Lama-lama menjadi percaya. Pertama saya mengira kabar itu hanyalah hoax. Saya berpikiran begitu. Tapi cinta tidak bisa diajak kompromi. Apalagi seseorang ingin memilikinya. Apapun bisa dilakukan demi menggapai cintanya. Jadi siapapun orangnya, saya tidak menyalahkannya. Apapun yang dia kenakan, saya mengatakan ini sebagai ujian cinta.
Hakikat cinta memang sebuah ujian perjuangan. Apakah perjuangan yang dilakukan itu berdampak pada tetesan air mata, itu adalah bumbu dan dampak dari cinta.
Tapi dalam konteks ini berbeda. Dalam konteks ini semacam cinta yang dipaksakan. Cinta terlarang. Cinta yang ditau efeknya tapi masih juga didekati. Ibarat biar sudah tau jurang tapi masih juga dia lewat di situ. Sudah tau tersesat masih juga jalan terus.
Saya tidak tau kenapa ini bisa terjadi. Tapi memang cinta tidak memandang segala. Makanya banyak orang yang menganggap cinta itu rumit didefinisikan. Termasuk saya, sangatlah rumit cinta itu. Bisa terjadi kapanpun.
Tapi kalau menurut Qurais Shihab, cinta itu adalah percakapan antara dua aku. Tanpa percakapan bukan cinta namanya. Sedangkan menurut Kahlil Gibran, cinta itu tidak harus dimiliki. Tapi kalau menurut dosenku, Pak Irianto Ibrahim, cinta itu tidak dapat dibagi. Cintaku hanyalah untuknya seorang. Begitulah cinta.
Ah, lama-lama ini bisa jadi cinta yang tidak nyambung. Baiklah kembali ke yang tadi.
Perihal Nissa dan Ayus. Nissa sang vokalis penyanyi religi sadar bahwa Ayus telah mempunyai istri. Begitupun dengan Ayus sang keyboard, Nissa sadar Ayus sudah mempunyai dua orang anak. Namun keduanya sama-sama sadar melakukan hubungan cinta terlarang. Cinta yang seharusnya tidak terjadi. Namun begitulah cinta. Cinta tidak bisa ditekan dengan hati atau perasaan. Cinta bisa datang kapanpun dia mau. Walau itu bersebrangan dengan realitas yang ada. Maka khilaf bisa terjadi kapanpun di sini.
Namanya juga manusia. Tidak luput dari khilaf dan dosa. Tapi apakah itu suatu kesengajaan atau bukan? Soalnya ini menyentuh dari sisi paling sadar. Kita juga tidak tau. Tapi asal jangan khilaf dijadikan sebuah alasan.
Sebagai manusia yang tidak luput dari segala kesalahan, saya masih tetap mengagumkan suara Nissa Sabyan. Memang orang-orang mempergunjingkannya. Sebab selama ini yang tanpak bukan hanya suaranya yang merdu tapi juga penampilannya. Dan biasanya apa yang ditunjukan akan melekat pada pandangan orang pertama. terlebih Nissa Sabyan sebagai penyanyi religi maka tidak menutup kemungkinan perkiraan orang berhubungan dengan akhlak yang diembannya. Maka tidak heran persoalan saat ini menjadi alasan pergunjingan di publik.
Seketika saya teringat pernyataan Sujiwo Tedjo di twiternya. Adapun bunyinya begini; Sekarang tidak ada orang yang baik. Yang ada adalah orang yang lagi ditutup aibnya dan dibuka aibnya oleh Tuhan
Penulis :

Hobi memancing tapi sekarang tidak pernah memancing.