Menentukan Lailatul Qadr Kita Sendiri

( Ilustrasi : pngtree.com )

Sepuluh malam terakhir adalah malam perburuan, kita akan sampai pada akhir dari momentum indah yang akan selalu dinanti. Di akhir, bukan sekedar perpisahan, melainkan kemenangan dan pencapaian.

Ada ‘teka-teki’ dalam sepuluh malam terakhir Ramadan, dimana 1 malam diantaranya terdapat sebuah malam yang kebaikan waktu itu lebih baik dari 1000 bulan, inilah malam yang utama, malam yang paling diburu, malam paling didambakan.

Tak ada yang tahu dimana keberadaan Lailatul Qadr, kita hanya diberikan cirinya seperti malam ganjil, suasana malam yang dingin, sepi, tenang, damai, dia malam yang tersembunyi.

Dibanding harus meraba, mengapa kita tidak menghadirkannya sendiri, membangun Lailatul Qadr kita sendiri tanpa menyisihkan harapan untuk bertemu dengan Lailatur Qadr yang sebenarnya.

Itulah momentum kita memasuki relung ketenangan diri, menyelami kedamaian dalam diri dengan mengharapkan pengampunan dari Allah.

Lailatur Qadr kita jadi momentum personal yang melahirkan diri kita kembali dari rahim ‘permohonan pengampunan dosa’.

Lahir menjadi diri sendiri yang baru, fitrah, dengan resolusi-resolusi yang tentunya menunjukkan ketaqwaan kita sebagai maqbulnya amaliah Ramadan kita.

Lailatul Qadar pribadi kita adalah momentum menetapkan keinginan teguh: Shalat tepat waktu, mengindari perkataan dan prasangka buruk, bersikap jujur dalam berdagang, tidak mengambil hal yang bukan hak kita, berlaku santun dalam pergaulan, menghindari perbuatan curang, berhenti merokok dan murah senyum.

Sekiranya Lailatur Qadr pribadi itu akan menjadi momentum Khairun min Alfi Syahr (lebih baik dari 1000 bulan) dengan adanya dorongan untuk lahir kembali menjadi pribadi yang baik.

Sungguh, momen personal ini akan sangat berarti, menjadi tatakan untuk langkah baru dalam menjalani kehidupan setelah Ramadan ini.

Kita tak perlu lagi keluar dari Ramadan dengan kebingungan dan bias kekecewaan, apakan kita menemukan Lailatul Qadr dalam kekhusyu’an ibadah kita?

Malam ini, kita mulai meniti langkah, mempersiapkan diri, pelan-pelan masuk dalam kedamaian malam Lailatul Qadr pribadi dengan memohon ampunan. Di satu malam yang kita tentukan, mantapkan diri untuk meneguhkan resolusi dalam diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik di hari esok.

InsyaAllah Ramadan ini, kita membentuk diri menjadi sangat baik dan semoga istiqamah.

Yâ muqallibal qulûb tsabbit qalbî ‘alâ dînika

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa’fuanna…

Penulis :

Loading