Gabby Monroe : Meretas Gelap Lewat Wadah Indonesia Berbagi

Berawal dari Hibah Cipta Perdamaian, program Kelola yang didukung oleh Kedutaan Besar Denmark Indonesia yang bertajuk “DAMAI DI BALIK JERUJI” di LPKA Kendari pada Februari 2017. Program ini bertujuan memberikan pelatihan serta pembinaan terhadap warga Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas III dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Kendari dengan pendekatan kesenian.
Kurang lebih satu bulan, Gabby Monroe menghabiskan waktu dibalik jeruji. Ada banyak momen yang menghentak batin Gabby selama berinteraksi di dalam terungku besi. Kontradiksi rasa antara bagaimana keadilan di negeri ini musti ditegakkan, juga derma kemanusiaan yang musti dihadirkan; beradu disaat bersamaan.
Dari proses yang dilalui selama program ini berjalan, ada fakta yang menghentak peri kemanusiaan Gabby. Khususnya di LPKA Kendari. Tempat yang mestinya jadi wadah pembaharu jiwa bagi anak-anak di bawah umur, nyatanya tak ada fasilitas dan proses pendidikan di dalamnya. Gabby menemukan fakta bahwa 5 dari 24 anak di LPKA Kendari masih buta aksara. Padahal, dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menerangkan bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.” Pasalnya berbunyi setiap warga negara. Tak terkecuali pada warga dibalik tembok hasil putusan sidang.
26 Februari 2017 berlalu. Program “DAMAI DI BALIK JERUJI” usai berlabuh. Waktu berjalan. Keresahan tentang persoalan buta aksara di LPKA Kendari masih terus menyelimuti alam pikiran dan relung hati Gabby.
Awal April 2017, Gebby mengumpulkan 4 orang kawannya di Kendari yang memiliki perhatian yang sama pada persoalan pendidikan dan kemanusiaan. Keresahan menjadi gagasan. Lahirlah komunitas Wadah Indonesia Berbagi yang disingkat WIBER pada 24 April 2017. Komunitas yang fokus pada pemberdayaan anak warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
Dari penamaan komunitas, Gaby yang merupakan ibu kandung dari anak gagasan tersebut secara sadar menggabungkan tiga penggal makna jadi satu rangkaian mimpi. Dengan logo kedua tangan yang selalu terbuka untuk memberi. Wadah adalah nada ajakan bagi siapapun yang ingin turut berbuat. Indonesia adalah garis teritorial gerakan yang akan disasar oleh komunitas ini. Berbagi adalah penegasan bahwa tujuan dari komunitas ini ialah bagi orang-orang yang rela mewakafkan dirinya untuk membagi apa saja sesuai kemampuan yang dimiliki. Baik dalam bentuk waktu, pengetahuan, materi, hingga cinta kasih.
Wiber Chapter Kendari mulai berjalan. Silabus pelajaran digagas dan diterapkan. Mulai dari metode berantas buta aksara, pelajaran agama, pemahaman ke-indonesia-an, ilmu pengetahuan general sosial dan alam, serta pelajaran bakat, minat, kesenian.
Dengan hanya berjumlah 5 orang, Kendari yang minimal seminggu sekali melakukan proses pendidikan di LPKA mulai membutuhkan tenaga pengajar. Wiber Kendari membuka open volunteer melalui sosial media dan modal perkawanan. Sekitar dua puluhan anak muda dari beragam latar belakang terjaring. Sumber daya manusia bertambah, proses belajar mengajar pun berlangsung hingga 2-3 kali dalam satu pekan.
Tak cukup disitu, untuk memotivasi dan membangkitkan semangat anak didik, Wiber Chapter Kendari kemudian membuat satu program bertajuk “Tamu Inspirasi”. Program ini bertujuan menghadirkan orang-orang baik dari lintas bidang masuk ke LPKA Kendari. Untuk berbagi inspirasi dan menyampaikan bahwa di luar jeruji besi, masih ada banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup.

Selain sebagai orang yang memiliki kepedulian terhadap isu kemanusiaan, Gabby juga merupakan seorang pekerja kreatif di berbagai media penyiaran swasta. Selain itu, kesehariannya juga dihabiskan sebagai ibu rumah tangga. Pada Mei 2017, Gaby dihadapkan oleh keadaan harus mengikuti dinas suami yang mengharuskan ia juga musti berdomisili di Bali. Namun, sebelum berangkat, Gebby meninggalkan gagasan dan sistem managerial komunitas di Kendari. Sebelum beranjak ke Bali, lagi-lagi melalui niat luhur, jejaring pertemanan dan sosial media, ia membuka open volunteer di seluruh Indonesia. Siapapun yang memiliki kepedulian, bisa membuka chapter di wilayahnya masing-masing. Walhasil, Ternyata gagasan ini direspon di berbagai kota di Indonesia.
Juli 2017 WIBER Chapter Lampung lahir. Gabby yang juga lahir di Lampung, dari Bali ia menyambangi kampung halamannya untuk meresmikan WIBER Lampung dan mengcreate volunteer.
Agustus 2017 WIBER Chapter Makassar lahir. Diresmikan di salah satu kedai kopi di Kota Makassar, Chapter Makassar hingga hari ini aktif menjalankan program.
Desember 2017, WIBER Chapter Ambon berdiri. Saat itu, Gabby kembali mengikuti dinas suami yang mengharuskannya domisili di Surabaya. Dari Surabaya ia menyambangi Ambon.
Maret 2018, pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatra berkabar. Puluhan anak muda siap menyambut Gabby untuk meresmikan pendirian WIBER Chapter Jambi.
Semua jalan yang ditempuh dilangkahi hanya lewat restu suami serta upaya Gabby secara mandiri. Ada banyak yang telah ia korbankan. Pada jalan sepi nan mandiri; tak ada keluh kesah yang keluar dari bibirnya. Tekadnya hanya satu: bagaimana men-segerakan kehadiran pendidikan di seluruh LPKA di Indonesia.

5 chapter di berbagai kota pelan-pelan menghadirkan pendidikan di LPKA. Beberapa chapter lainnya sedang persiapan. Gabby saat ini harus menemani suami yang lagi-lagi pindah dinas di Jakarta. Namun, demi jalannya misi kemanusiaan dan berantas buta aksara di LPKA, Gabby telah memutuskan Kendari sebagai pusat dari komunitas Wadah Indonesia Berbagi, yang juga mengharuskannya berdomisili di Kendari. Keseriusannya dibuktikan dengan ia memilih membeli sebuah rumah di tengah Kota Kendari dan konsisten bolak balik Kendari-Jakarta dan kota-kota lainnya untuk memastikan semua program di chapter-chapter WIBER berjalan.
Beliau akan terus merangkul banyak pihak hingga WIBER hadir di seluruh LPKA di Indonesia. Tak terbatas disitu, pada beberapa bencana alam Gabby juga acapkali menurunkan WIBER ke lapangan untuk berbagi apa yang sekiranya bisa dibagi. Seperti saat bencana gempa dan penanganan covid-19 di Lombok, Palu, Sulawesi Tenggara dan daerah lainnya.
Mungkin jalan yang ia pilih adalah jalan sepi. Namun hukum kausalitas selalu berjalan. Energi baik pasti akan ketemu dengan energi kebaikan-kebaikan lainnya. Hanya butuh waktu untuk membuktikan. Hanya butuh waktu untuk memperlihatkan ke khalayak, bahwa bagaimanapun “kejinya” adik-adik di LPKA, mereka tetaplah manusia yang berhak diperlakukan sebagai manusia; mendapat pendidikan, mendapatkan cinta kasih. Agar, ketika lepas dari jeruji besi, mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mereka semua jadi tau hal baik apa yang musti dilakukan nanti.
Untuk memaintenance jalannya komunitas yang tak bisa dinafikkan membutuhkan biaya, Gabby kini membuka usaha kuliner di Kota Kendari yaitu Say Story. Selain beberapa persen hasil keuntungan diporsikan untuk pergerakan Wadah Indonesia Berbagi, usaha dengan sistem social enterpreneur itu juga sekaligus memberdayakan para relawan Wiber sebagai karyawan profesional, juga para adik didik LPKA ketika kelak nanti telah bebas dari masa hukuman.

Penulis :

Riqar Manaba merupakan singer-writer di kelompok musik Ujung Titik dan Dersana. Saat ini aktif bereksperimen di Indielogis, sebuah ruang laboratorium penerapan industri kreatif berbasis komunitas. Ia juga merupakan Direktur The La Malonda Institute, lembaga nirlaba yang bergerak di bidang seni, budaya, dan sastra. Saat ini dipercaya sebagai Ketua Umum Alumni SMA Negeri 9 Kendari.